Sabtu, 30 April 2011

Marattia
Dari Integrated Taxonomic Information System (ITIS) menyebutkan klasifikasi Marattia, yaitu:
Kingdom Plantae – Plants
Subkingdom Tracheobionta – Vascular plants
Division Pteridophyta – Ferns
Class Filicopsida
Order Marattiales
Family Marattiaceae – Vessel Fern family
Genus Marattia Sw. – potato fern

Pengantar

Bangsa Marattiales terdiri atas satu suku saja, yaitu Marattiaceae. Daun amat besar, menyirip ganda sampai beberapa kali. Sporangium pada sisi bawah daun, mempunyai dinding yang tebal, tidak mempunyai cincin (anulus), membuka dengan suatu celah atau liang. Dalam suatu sorus sporangium sering berlekatan menjadi sinangium (Citrosupomo, 1991).

Marattia adalah genus neotropical sebagian besar dari delapan jenis, tetapi satu spesies (M. douglassii) terjadi di Hawaii. Mereka biasanya terjadi di daerah pegunungan di atas ketinggian 900 m, tetapi mereka mungkin terjadi pada elevasi yang lebih rendah di pulau-pulau (Christenhusz, 2007).

Murdock (2008) menunjukkan bahwa Marattia dalam arti tradisionalnya secara luas polifiletik. Nama tersebut hanya dapat disimpan dalam arti tradisional jika semua Angiopteris dan Christensenia akan digabungkan ke Marattia, meninggalkan keluarga dengan hanya 2 genera (Marattia dan Danaea). Skenario ini sangat beralasan, karena Angiopteris adalah genus morfologi mapan dan berbeda dari Marattia dalam karakter jelas banyak. Untuk mempertahankan Angiopteris dan Christensenia, Marattia karena itu dipisahkan menjadi tiga genera Eupodium, Ptisana dan Marattia. Marattia benar terjadi dalam Neotropics dan Hawaii, Eupodium hanya Neotropical dan semua spesies dunia lama dipindahkan ke dalam genus baru Ptisana.

Karakteristik

Marattia diakui oleh sessile, synangia bivalved. Daun biasanya dua kali (ganda) atau lebih menyirip, dan biasanya berbentuk segitiga. Para pinnules akhir umumnya diatur secara bergantian, tetapi pinnae yang sering menentang, terutama pada spesies 3-menyirip dengan pisau deltate. Rimpang mereka radial diatur dan biasanya berbentuk bulat, dengan stipula terbuka (Lavalle, 2003).

Menurut Stokey (1942), perkecambahan dari spora Marattia sambucina dan Macroglossum smithii hasil pertama di piring dan kemudian di massa. Para gametophytes awalnya berwarna hijau gelap, tapi gametophytes tua mungkin menunjukkan jaringan pucat di pelepah yang mungkin berisi sejumlah besar pati. Rhizoids dari kedua spesies tidak berwarna; rhizoids multiseluler diproduksi kadang-kadang oleh Marattia sambucina. Antheridia menunjukkan rentang ukuran yang luas, dari yang di cabang regenerasi yang mungkin menunjukkan 15-30 sperma di bagian median untuk mereka yang gametophytes kuat 1-4 tahun yang bisa menunjukkan 140-170 sperma. Archegonium kedua spesies pendek dan luas, proyeksi tapi sedikit di luar permukaan. Dua inti saluran leher biasanya tidak dipisahkan oleh dinding, tapi kadang-kadang dinding terbentuk. Sel kanal perut besar. Lapisan jaket terdiri dari beberapa sel tabel yang lambat dalam mengembangkan dan tidak sangat berbeda sebelum pembuahan. Apogamy, ditunjukkan dalam pengembangan tracheids, ditemukan dalam dua gametophytes dari Marattia sambucina yang ditanggung baik antheridia dan archegonia.
Dalam pengamatan Jaman dan Latiff (1998), area perlindungan sepanjang jalan kecil mencakup tumbuh-tumbuhan herbal. Banyak tumbuhan paku epifit seperti Antrophyum semicostatum, Ctenopteris khasyana, Aglaomorpha heraclea dan Davallodes burbidgei kebanyakan bersama dengan tumbuhan paku terrestrial, Colysis acuminate. Diantara mereka, salah satu penulis (Razali Jaman) menemukan 2 spesies yang menarik, Marattia sp yang mana memiliki tuberculate stipe dan rachis. Penulis tidak pernah melihat karakter tersebut dalam contoh Bornean; Marattia sylvatica memiliki stipe glabrous coklat terang dan lebih tinggi daripada yang lebih dulu. Malangnya, spesies ini memiliki daun yang steril dan membutuhkan informasi lebih lanjut dan pengamatan dari satu yang subur. Hal menarik lainnya yang ditemukan yaitu Asplenium sp., yang juga membutuhkan pengamatan lebih lanjut.

Menurut Stiminand dan Larsen (1979), Marattia memiliki rhizome pendek, tegak; stipe gemuk, gembung pada bagian dasar; daunnya ganda; barik-barik yang tersebar; sori satu baris dekat garis tepi dari daun; sporangia melebur pada synangia.
Menurut Sudarsono (2005),Marattia memiliki sporangium bertipe eusporangiatae,yaitu sporangium berasal dari satu seri sel-sel induk superficial. Kemudian sel-sel tersebut berkembang menjadi satu lapis sel atau lebih dan menghasilkan banyak sekali spora. Merupakan jenis paku heterospora. Merupakan paku kuno yang sudah ada sejak jaman Karbon. Paku ini lebih menyerupai paku sejati.




Daftar Pustaka
Christenhusz, M. J. M. 2007. Evolutionary History and Taxnomy of Neotropical Marattioid Ferns: Studies of an ancient lineage of plants. Annales Universitatis Turkuensis ser. AII, tom. 216, pp. 1-134.
Citrosupomo, Gembong. 1991. Taksonomi Tumbuhan (Schizophyta, Thallophyta, Bryophyta, Pteridophyta). Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Jaman, Razali dan Latiff, A. 1998. On Some Pteridophytes of Sayap-Kinabalu Park, Sabah. ASEAN Review of Biodiversity and Environmental Conservation (ARBEC). Article IV.
Lavalle, M. C. 2003. Taxonomía de las especies neotropicales de Marattia (Marattiaceae). Darwiniana 41, pp. 61-86.
Murdock, A. 2008. A taxonomic revision of the eusporangiate fern family Marattiaceae, with description of a new genus Ptisana. Taxon 57, 737-755.
Stiminand, Tem dan Larsen, Kai. 1979. Flora of Thailand Volume Three Part One. Bangkok: TISTR PRESS.
Sudarsono. 2005. Taksonomi Tumbuhan Tinggi. Malang: UM Press

Selasa, 29 Desember 2009

DEPRESI REMAJA DI LINGKUNGAN KAMPUS

Seorang mahasiswa yang depresi dikarenakan adanya perubahan lingkungan terutama disekitar kampus UIN khususnya di Ma’had, yang mana mahasiswa baru tidak terbiasa di lingkungan Ma’had. Dan sebelumnya mahasiswa tersebut lulusan SMA dan tidak terbiasa tinggal di Ma’had serta menerima materi Bahasa Arab, hal tersebut tidak membutuhkan waktu yang singkat kecuali dengan mahasiswa yang dari awal sudah pernah merasakan tinggal di lingkungan Ma’had. Selain itu dikarenakan tidak bisanya mahasiswa dalam mengatur waktunya seevisien mingkin, banyaknya tugas yang didapat dari kampus dan Ma’had, banyaknya kegiatan kampus dan Ma’had.

Stress dan depresi yang dibiarkan berlarut membebani pikiran dan dapat menggaggu system kekebalan tubuh. Apabila kita berada dalam emosi yang negative seperti rasa sedih, benci, iri, putus asa, kecemasan dan kurang bersyukur dengan nikmat yang ada, maka system kekebalan kita menjadi lemah.

Depresi pada remaja sebagian besar tidak terdiagnosis sampai akhirnya mereka mengalami kesulitan yang serius dalam sekolah, pekerjaan, dan penyesuaian pribadi yang sering kali berlanjut pada masa dewasa. Lebih jauh dikatakan alasan mengapa depresi pada remaja luput dari diagnosis adalah karena pada masa remaja adalah masa kekalutan emosi, intropeksi yang berlebihan, kisah yang besar, dan sensitivitas yang tinggi. Masa remaja adalah masa pemberontakan dan percobaan tingkah laku. Perilaku ramaja umumnya ditandai dengan mood yang naik turun. Mood ini juga berubah setiap hari. Depresi bisa menjadi respons sementara terhadap situasi maupun stress. Pada remaja, mood sedih adalah hal yang umum karena proses kedewasaan, stress yang berhubungan dengan kedewasaan, pengaruh hormone seksual, dan konflik kebebasan di lingkungan Ma’han dan kampus. Menurut beberapa penelitian sekitar 5% dari remaja menderita simtom depresi, misalnya prestasi yang menurun dan kurangnya ketertarikan pada tugas yang dahulu disukai. Untuk dapat seseorang didiagnosis menderita major depression, maka simtom-simtom depresi misalnya mudah tersinggung, kurangnya nafsu makan, kemarahan, perubahan berat badan, kesulitan tidur, mengantuk di siang hari, kelelahan, kesulitan konsentrasi dan hilangnya ketertarikan dalam aktivitas social harus berlangsung selama periode paling sedikit dua minggu. Remaja perempuan dua kali lebih banyak daripada laki-laki yang mengalami depresi. Pada usia 15 tahun perempuan memiliki kecenderungan 2 kali lebih besar daripada laki-laki terkena depresi. Saat terjadinya depresi ketika peran dan harapan-harapan berubah secara dramatis. Stres terhadap remaja meliputi mencari identitas, kematangan secara seksual, perpisahan dengan orang tua, dan pembuatan keputusan juga perubahan fisik, intelektual dan hormonal.

Menurut teori biologi kecenderungan perkembangan gangguan efektif, terutama gangguan manik-depresive merupakan bawaan sejak lahir. Di antara factor-faktor yang memegang peranan penting dalam melahirkan penyakit depresi adalah fungsi otak yang terganggu dan gangguan hormonal. Ada bukti bahwa perubahan biologis muncul pada individu yang depresi. Bahkan, simtom yang menjadi karakteristik depresi termasuk perubahan fisiologis misalnya anoreksia, konstipasi, insomnia, kelelahan dan kesulitan konsentrasi. Individu yang depresi mungkin saja mengeluh adanya rasa sakit yang kronis, ketidaknyamanan saluran pencernaan, pusing atau pegal-pegal pada tubuh yang mengakibatkan gangguan fungsi tubuh, dan status kesehatan fisik.

Berbagai terapi sudah digunakan untuk depresi pada remaja. Sayangnya lebih sulit secara medis untuk mengobati depresi remaja daripada depresi pada orang dewasa karena remaja kurang merespon pengobatan. Karena itu, pengobatan alternative seperti konseling terbukti lebih berhasil. Banyak sekolah yang mencegah depresi mengajarkan pada siswanya strategi mengatasi stress. Program ini paling efektif untuk siswa yang berisiko depresi. Factor yang penting dalam mencegah depresi adalah hubungan yang positif dengan orang tua, hal ini sangat penting bagi remaja awal. Selain itu membuat jadwal aktivitas yang dilakukannya setiap hari sehingga memungkinkan mahasiswa untuk focus kepada rencana-rencana yang akan dilakunnya setiap hari. Mencatat keberhasilan yang diperolehnya, sehingga dengan mengetahui keberhasilannya maka diharapkan konsep dirinya akan berubah, mencatat pengalaman-pengalaman yang menyenangkan yang diperoleh dari aktivitasnya sehingga diharapkan meningkatkan kesadaran terhadap pengalaman yang positif. Mencatat pemikiran yang terlintas dibenak seseorang jika sedang memikirkan atau melaksanakan tugas tertentu. Melakukan identifikasi terhadap pola pikir dan sikap yang tidak sesuai dengan realitas, kemudian dinilai bersama untuk memperoleh kebenarannya. Merilekskan seluruh otot-ototnya dan mengupayakan agar seluruh tubuh berada dalam keadaan rileks fisik yang sempurna.




DAFTAR PUSTAKA

Arbetter, S. (1993). Way Beyond the Blues. Current Health, 20.

Fritz, G. (1995). Child, Adolescent Depression Distinct from the Adult Version.

The Brown University Child and Adolescent Behavior Letter, 11.

Kusmanto. (1990). Penanganan Depresi. Jakarta : Yayasan Dharma Graha.

Siswanto, S.Psi. M.Si. (2007). Kesehatan Mental: Konsep, Cakupan dan Perkembangannya.

Yogyakarta: Andi Offset.