Selasa, 29 Desember 2009

DEPRESI REMAJA DI LINGKUNGAN KAMPUS

Seorang mahasiswa yang depresi dikarenakan adanya perubahan lingkungan terutama disekitar kampus UIN khususnya di Ma’had, yang mana mahasiswa baru tidak terbiasa di lingkungan Ma’had. Dan sebelumnya mahasiswa tersebut lulusan SMA dan tidak terbiasa tinggal di Ma’had serta menerima materi Bahasa Arab, hal tersebut tidak membutuhkan waktu yang singkat kecuali dengan mahasiswa yang dari awal sudah pernah merasakan tinggal di lingkungan Ma’had. Selain itu dikarenakan tidak bisanya mahasiswa dalam mengatur waktunya seevisien mingkin, banyaknya tugas yang didapat dari kampus dan Ma’had, banyaknya kegiatan kampus dan Ma’had.

Stress dan depresi yang dibiarkan berlarut membebani pikiran dan dapat menggaggu system kekebalan tubuh. Apabila kita berada dalam emosi yang negative seperti rasa sedih, benci, iri, putus asa, kecemasan dan kurang bersyukur dengan nikmat yang ada, maka system kekebalan kita menjadi lemah.

Depresi pada remaja sebagian besar tidak terdiagnosis sampai akhirnya mereka mengalami kesulitan yang serius dalam sekolah, pekerjaan, dan penyesuaian pribadi yang sering kali berlanjut pada masa dewasa. Lebih jauh dikatakan alasan mengapa depresi pada remaja luput dari diagnosis adalah karena pada masa remaja adalah masa kekalutan emosi, intropeksi yang berlebihan, kisah yang besar, dan sensitivitas yang tinggi. Masa remaja adalah masa pemberontakan dan percobaan tingkah laku. Perilaku ramaja umumnya ditandai dengan mood yang naik turun. Mood ini juga berubah setiap hari. Depresi bisa menjadi respons sementara terhadap situasi maupun stress. Pada remaja, mood sedih adalah hal yang umum karena proses kedewasaan, stress yang berhubungan dengan kedewasaan, pengaruh hormone seksual, dan konflik kebebasan di lingkungan Ma’han dan kampus. Menurut beberapa penelitian sekitar 5% dari remaja menderita simtom depresi, misalnya prestasi yang menurun dan kurangnya ketertarikan pada tugas yang dahulu disukai. Untuk dapat seseorang didiagnosis menderita major depression, maka simtom-simtom depresi misalnya mudah tersinggung, kurangnya nafsu makan, kemarahan, perubahan berat badan, kesulitan tidur, mengantuk di siang hari, kelelahan, kesulitan konsentrasi dan hilangnya ketertarikan dalam aktivitas social harus berlangsung selama periode paling sedikit dua minggu. Remaja perempuan dua kali lebih banyak daripada laki-laki yang mengalami depresi. Pada usia 15 tahun perempuan memiliki kecenderungan 2 kali lebih besar daripada laki-laki terkena depresi. Saat terjadinya depresi ketika peran dan harapan-harapan berubah secara dramatis. Stres terhadap remaja meliputi mencari identitas, kematangan secara seksual, perpisahan dengan orang tua, dan pembuatan keputusan juga perubahan fisik, intelektual dan hormonal.

Menurut teori biologi kecenderungan perkembangan gangguan efektif, terutama gangguan manik-depresive merupakan bawaan sejak lahir. Di antara factor-faktor yang memegang peranan penting dalam melahirkan penyakit depresi adalah fungsi otak yang terganggu dan gangguan hormonal. Ada bukti bahwa perubahan biologis muncul pada individu yang depresi. Bahkan, simtom yang menjadi karakteristik depresi termasuk perubahan fisiologis misalnya anoreksia, konstipasi, insomnia, kelelahan dan kesulitan konsentrasi. Individu yang depresi mungkin saja mengeluh adanya rasa sakit yang kronis, ketidaknyamanan saluran pencernaan, pusing atau pegal-pegal pada tubuh yang mengakibatkan gangguan fungsi tubuh, dan status kesehatan fisik.

Berbagai terapi sudah digunakan untuk depresi pada remaja. Sayangnya lebih sulit secara medis untuk mengobati depresi remaja daripada depresi pada orang dewasa karena remaja kurang merespon pengobatan. Karena itu, pengobatan alternative seperti konseling terbukti lebih berhasil. Banyak sekolah yang mencegah depresi mengajarkan pada siswanya strategi mengatasi stress. Program ini paling efektif untuk siswa yang berisiko depresi. Factor yang penting dalam mencegah depresi adalah hubungan yang positif dengan orang tua, hal ini sangat penting bagi remaja awal. Selain itu membuat jadwal aktivitas yang dilakukannya setiap hari sehingga memungkinkan mahasiswa untuk focus kepada rencana-rencana yang akan dilakunnya setiap hari. Mencatat keberhasilan yang diperolehnya, sehingga dengan mengetahui keberhasilannya maka diharapkan konsep dirinya akan berubah, mencatat pengalaman-pengalaman yang menyenangkan yang diperoleh dari aktivitasnya sehingga diharapkan meningkatkan kesadaran terhadap pengalaman yang positif. Mencatat pemikiran yang terlintas dibenak seseorang jika sedang memikirkan atau melaksanakan tugas tertentu. Melakukan identifikasi terhadap pola pikir dan sikap yang tidak sesuai dengan realitas, kemudian dinilai bersama untuk memperoleh kebenarannya. Merilekskan seluruh otot-ototnya dan mengupayakan agar seluruh tubuh berada dalam keadaan rileks fisik yang sempurna.




DAFTAR PUSTAKA

Arbetter, S. (1993). Way Beyond the Blues. Current Health, 20.

Fritz, G. (1995). Child, Adolescent Depression Distinct from the Adult Version.

The Brown University Child and Adolescent Behavior Letter, 11.

Kusmanto. (1990). Penanganan Depresi. Jakarta : Yayasan Dharma Graha.

Siswanto, S.Psi. M.Si. (2007). Kesehatan Mental: Konsep, Cakupan dan Perkembangannya.

Yogyakarta: Andi Offset.